Free Shipping on order $35+

Sunday, April 20, 2008

entrepreneurship. Siapa Suruh Jadi Buruh?

entrepreneurship. Siapa Suruh Jadi Buruh?
Terkait dengan Mayday, hari buruh, rasanya pengin sekali saya menulis artikel ini. Meskipun begitu, judul di atas ini tidak bermaksud menyalahkan, menghina, mendiskreditkan, meremehkan, apalagi merendahkan martabat buruh. Tidak. Sama sekali tidak. Karena sampai saat ini pun saya juga adalah buruh. Dan tentunya saya tidak mungkin mau merendahkan, meremehkan, apalagi menghina diri saya sendiri. Di sini saya hanya ingin sharing tentang pelajaran entrepreneurship yang pernah saya dapatkan dari sebuah lembaga pendidikan enterpreneurship atau kewira-usahaan di Semarang beberapa bulan lalu, yang kebetulan ada sedikit kaitannya dengan buruh. Mudah-mudahan artikel ini bermanfaat untuk Anda.

Pelajaran entrepreneurship berbiaya Rp. 800.000,- (harga khusus saat itu) yang hanya berlangsung selama tiga bulan dan diselenggarakan hanya seminggu sekali itu intinya menekankan kepada kita, bahwa kalau kita ingin MERDEKA maka kita jangan menjadi buruh. Alasannya, karena kalau kita menjadi buruh, maka mau tidak mau, kita diatur dan ditentukan oleh orang lain. Baik waktu, pekerjaan, maupun penghasilan kita. Selama kita masih diatur dan tunduk pada aturan maupun system orang lain, berarti kita tidak Merdeka. Kita harus datang tepat waktu, diperintah atasan, dll. Dan yang paling penting lagi, selama kita menjadi buruh, maka penghasilan kita akan sangat terbatas. Dengan penghasilan terbatas, kita menjadi tidak Merdeka. Misalnya, orang tua kita sakit dan butuh biaya banyak, maka kita tidak bisa membantu. Atau anak kita yang sakit, atau diri kita sendiri yang sakit, kita tidak mampu membawa ke dokter. Itu, kan sangat tidak Merdeka namanya. Untuk bisa keluar dari belenggu situasi seperti itu, jalan yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan yang tidak menerbitkan sertifikat, apalagi gelar, itu adalah JADILAH PENGUSAHA, enterpreneur. Maka, mulailah dengan belajar entrepreneurship.

Jangan Takut Jadi Pengusaha.

Kebanyakan orang gagal atau tidak bisa menjadi pengusaha karena takut gagal dan berbagai alasan pun dikemukakan, seperti tidak punya modal, tidak punya tempat / lokasi, dan tidak tahu mau bisnis apa? Kalau itu juga yang menjadi alasan Anda, sehingga sampai saat ini Anda tidak menjadi pengusaha, maka mulailah menanamkan jiwa entrepreneurship berikut ini.

Dalam hal tidak punya modal. Masih beruntung Anda tidak punya modal, karena banyak pengusaha yang menjalankan bisnisnya dengan modal minus, alias menanggung hutang dalam jumlah yang tidak sedikit, tapi akhirnya sukses. Modal dan tempat bisa disiasati. Motto dalam kaitannya dengan modal adalah BODOL, yakni Berani Optimis dengan Duit Orang Lain. Dalam hal ini kita bisa pinjam uang ke Bank. Atau kita bisa menjual produk orang lain, sehingga tidak butuh banyak modal, dll. Modal utama untuk menjadi pengusaha adalah keberanian. Keberanian untuk mencoba. Tetapi jangan hanya sekedar mencoba, dan tanpa perhitungan. Ingat nasihat ini: “Kalau kamu sedang mulai belajar berenang, janganlah belajar di kolam yang terlalu dalam. Sebab, jika kamu tenggelam, maka kamu akan sulit bangkit dan kemungkinan besar akan langsung mati. Namun demikian, janganlah pula kamu belajar berenang pada kolam yang terlalu dangkal, sebab sampai kapanpun, sampai tenaga kamu habis, kamu tidak akan pernah bisa berenang”. Tetapi jangan pula takut mencoba. Coba. Coba, dan coba. Ibarat remaja yang baru pertama kali hendak mengungkapkan cintanya, demikian pula Anda, ketika pertama kali hendak mencoba bisnis, mungkin Anda takut, gemetar, tidak bisa tidur dsb. Tetapi sekali berani mencoba, selanjutnya akan mengalir. Dan ingat, jangan takut gagal. Inilah pelajaran entrepreneurship yang pertama.

Kaya Ide.

Syarat berikutnya menjadi pengusaha dalam ilmu entrepreneurship yang diberikan oleh lembaga pendidikan yang para Mentornya adalah para entrepreneur yang sudah terbukti sukses setelah mengikuti pendidikan di “kampus” itu juga ini adalah: untuk menjadi pengusaha syaratnya adalah kita harus kaya ide. Pengusaha sukses biasanya memiliki pola pikir yang berbeda dengan orang kebanyakan. Dia biasanya banyak berpikir dengan menggunakan otak kanan, bukan otak kiri. Menurut cerita staf saya yang orang Jogja, temannya di Jogja menjadi korban PHK. Kemudian dia mencoba bisnis jamu gendong yang dia kemas dengan bagus dan dia jual di Mall di Jogja. Dia tidak membuat jamu sendiri. Dia hanya mengumpulkannya dari para pembuat jamu gendong. Hasilnya, hanya dalam waktu kurang dari satu tahun, kabarnya kini dia sudah membuka cabang di Medan dan Bali. Saya punya teman yang tidak ahli bahasa Inggris. Tetapi dia punya les privat bahasa Inggris. Caranya, dia hubungi guru-guru bahasa Inggris, dia ajak kerja sama, dan dia lalu “menjual”-nya ke sekolah-sekolah. Maka jadilah dia secara rutin mendapatkan hasil dari “Les Privat Bahasa Inggrisnya”. Dalam hal ini mereka terapkan prinsip / motto BOTOL: Berani Optimis dengan Tenaga Orang Lain” dan BOOL: “Berani Optimis dengan Otak Orang lain”.

Kaya Hati.

Ini hanya sebagian kecil dari ilmu entrepreneurship yang diberikan oleh lembaga itu dan tidak mungkin semua bisa dituliskan di sini. Yang tidak mungkin Anda dapatkan di sini lainnya, dan ini juga yang membuat peserta kursus menjadi sukses adalah komunitasnya. Komunitas entrepreneur. NANTIKAN SAMBUNGANNYA….

No comments:

Making Money While Blogging is Real:

Making Money while Writing Blog Posts? How can? Yes, you can. I did it. All you need to do is signing-up to these Paid Reviews sites: http://www.Blogsvertise.com or: http://www.sponsoredreviews.com
Many thanks to everyone at websites I stated above for supporting this Blog.