Pada awal-awal reformasi, para pemimpin agama bersuara lantang bahwa biang dari segala krisis multidimensi di Indonesia adalah krisis moral. Dengan demikian, kalau ingin membenahi Indonesia haruslah dimulai dengan membenahi moral bangsa terlebih dahulu, terutama terkait dengan masalah korupsi. Untuk itu, maka agama dan pendidikan agama menjadi sangat penting. Demikian menurut pendapat mereka.
Meskipun pernyataan itu saya nilai tidak sepenuhnya benar, tetapi saya setuju bahwa agama memiliki peranan penting dalam pembentukan moral bangsa, sehingga dalam hal ini pemimpin agama mempunyai peranan yang sangat strategis. Namun, di balik suara lantang mereka itu juga, tanpa mereka sadari, hal itu sebenarnya justru malah menyingkap sendiri kegagalan mereka dalam menjalankan fungsinya. Bukankah selama ini tempat ibadah terus bertambah jumlahnya dan selalu dipenuhi dengan anak-anak bangsa, baik yang kaya maupun yang miskin, pejabat maupun rakyat jelata, pengangguran maupun pengusaha, penegak hukum maupun terpidana, dosen maupun mahasiswa, dsb, dsb.
(Artikel ini sudah saya upload ke kabarIndonesia.com. Silakan klik di sini untuk melanjutkan.)
Meskipun pernyataan itu saya nilai tidak sepenuhnya benar, tetapi saya setuju bahwa agama memiliki peranan penting dalam pembentukan moral bangsa, sehingga dalam hal ini pemimpin agama mempunyai peranan yang sangat strategis. Namun, di balik suara lantang mereka itu juga, tanpa mereka sadari, hal itu sebenarnya justru malah menyingkap sendiri kegagalan mereka dalam menjalankan fungsinya. Bukankah selama ini tempat ibadah terus bertambah jumlahnya dan selalu dipenuhi dengan anak-anak bangsa, baik yang kaya maupun yang miskin, pejabat maupun rakyat jelata, pengangguran maupun pengusaha, penegak hukum maupun terpidana, dosen maupun mahasiswa, dsb, dsb.
(Artikel ini sudah saya upload ke kabarIndonesia.com. Silakan klik di sini untuk melanjutkan.)
No comments:
Post a Comment